Selasa, 06 April 2010

~ Memilih Esok Dihari Ini ~

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok….” (QS. Al-Hasyr: 18)

Bersyukurlah orang-orang yang beriman. Hidupnya begitu mudah, tenang, dan membahagiakan. Kesulitan-kesulitan hidup, tak lebih hanya kerikil-kerikil ujian yang sesekali mengguncang jalan.

Kadang terasa kecil, dan tak jarang lumayan besar. Besar kecil guncangan sangat berbanding lurus dari bagaimana teknik kesiapan diri menghadapi jalan hidup.

Di antara teknik kesiapan itu adalah kemampuan kita menata hari esok. Hidup perlu perencanaan. Kitalah yang menyiapkan, apa warna hari esok. Kelak, Allah-lah yang menentukan, apa warna yang cocok buat kita.

Ketentuan Allah selalu yang terbaik buat sang hamba. Dan segala upaya perencanaan itu tak akan pemah sia-sia di sisi Allah. “….Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. Dan sesungguhnya, pahala di akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa.” (QS. Yusuf: 56-57)
Kesempatan tak Berkunjung Dua Kali

Salah satu nikmat Allah yang teramat mahal adalah kesempatan. Di antara wujud kesempatan buat seorang manusia adalah hidup sebelum matinya, sehat sebelum sakitnya, waktu luang sebelum sibuknya, muda sebelum tuanya, dan kaya sebelum miskinnya.

Sayangnya, tak sedikit orang yang akhirnya menyadari bahwa sesuatu adalah kesempatan ketika sesuatu itu telah pergi. Dan kepergiannya itu merupakan kehilangan besar. Saat itulah barui terasa kalau luputnya sang kesempatan merupakan kerugian yang teramat besar.

Seperti itulah, mungkin, ketika orang-orang yang durhaka kepada Allah menghadapi dahsyatnya neraka. Mereka berujar, “Andai kami dulu termasuk orang-orang yang bertakwa. Andai kami tidak mendurhakai Rasul. Andai kehidupan bisa terulang diua kal. Andai….”

Dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Ada dua nikmat di mana manusia banyak tertipu karenanya: kesehatan dan kesempatan.” (HR. Bukhari)

Keadaan hari esok, sejenak apa pun waktu yang dibutuhkan, merupakan rahasia Allah. Tak seorang pun yang tahu bagaimana nasibnya di hari esok. Bahagiakah, dukakah, kemudahankah, atau kesulitan dan musibah.

Dan persiapan diri dalam menghadapi segala kemungkinan itu adalah modal yang luar biasa. Masalahnya, bagaimana mungkin persiapan bisa teraih tanpa menyiasati kesempatan yang hampir berlalu.

Di situlah, seorang hamba Allah tak boleh menyia-nyiakan nikmat kesempatan. Sebentar apa pun kesempatan itu hinggap. Dan sekecil apa pun takaran kesempatan terlihat.

Ketika masih ada nikmat hidup, persiapkanlah ia buat menghadapi mati. Ketika sehat masih melekat, persiapkanlah ia buat datangnya safcit. Ketika waktu luang menyambang, persiapkan ia untuk menyongsong sibuk.

Ketika muda masih ada, persiapkanlah ia buat masa tua. Ketika kaya masih jaya, sisihkanlah ia buat datangnya miskin. Dan, tak ada kemiskinan yang paling menyusahkan selain miskin amal di saat hari kebangkitan.
Perencanaan mengikis penyesalan

Orang-orang yang malas mengelola kesempatan selalu bersembunyi di balik tawakal. “Nggak perlu persiapan, tawakal ajalah,” begitulah mungkin kilah mereka.

Saat itulah, orang-orang yang meyakini hal itu sedang terjebak dalam kebodohannya sendiri. Islam tidak pernah memposisikan tawakal sebagai legitimasi kemalasan. Siapakah hamba Allah yang paling tawakal selain Rasulullah saw.

Beliau bersusah payah mencari penghasilan sebelum memasuki gerbang pernikahan. Beliau menanam Mush’ab bin Umair di Madinah sebelum kaum muslimin Mekah hijrah ke sana. Beliau memerintahkan para sahabat untuk berlatih kemiliteran sebelum memasuki arena peperangan.

Sekecil apa pun perencanaan, setidaknya, ia akan menjadikan seseorang siap menghadapi rumitnya hari esok. Karena kumpulan hari-hari esok tak lain adalah ladang ujian. Semakin banyak hari esok yang kita lalui, akan banyak dan meningkat pula ujian yang akan kita hadapi.

Hidup bagaikan meniti anak tangga. Semakin banyak anak tangga yang kita lalui, semakin berat beban yang kita bawa, dan semakin besar risiko jatuh. Dengan begitu, semakin jauh hari esok yang kita rencanakan, semakin matang perhitungan-perhitungan yang mesti kita siapkan.

Penyesalan selalu datang kemudian. la bisa menghapus segala nikmat kesempatan yang telah berlalu. Dan rasanya begitu menyakitkan. Jika penyesalan tak segera berubah perencanaan, maka penyesalan akan selalu muncul di hari esok. Tak ada kata terlambat buat melawan penyesalan selama nikmat kesempatan hidup masih tersedia.

Seorang mukmin tak patut merundung penyesalan yang berkepanjangan. la harus bangkit, siap menyongsong kasih sayang Allah selanjutnya. Inilah ucapan Nabi Ya’qub kepada anak-anaknya yang diabadikan Al-Quran dalam Surah Yusuf ayat 87.

“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.”
Pagari hidup dengan muhasabah

Muhasabah adalah pelengkap lain dari kesiapan seorang hamba Allah menghadapi hari esok. Boleh jadi, ada rute hidupnya yang nyaris melenceng dari rel perencanaan. Saat itulah, rute itu bisa diluruskan.

Orang yang hidupnya akrab dengan muhasabah menjadikan hatinya senantiasa hidup dan terjaga. Tidak mati dan lalai. la selalu menghitung-hitung prestasinya di hari ini dengan kemampuannya di hari kemarin. Meningkatkah, sama, atau kian berkurang? Beruntunglah orang yang hari ini lebih baik dari kemarin. Merugilah orang yang hari ini sama dengan kemarin. Dan celakalah mereka yang hari ini lebih buruk dari kemarin.

Umar bin Khaththab adalah di antara sahabat Rasul yang sukses menata hari-harinya. Sebagai apa pun, termasuk seorang khalifah. Di masa kekhalifahannyalah, dunia kian mengenal Islam dengan sukarela atau terpaksa.

Dan muhasabah, adalah di antara kunci suksesnya. Beliau r.a. pernah mengatakan, hisablah diri sebelum dihisab orang lain. Atau, evaluasilah diri, sebelum dievaluasi orang lain.

Ketika kita mampu menatap hari esok di hari ini, tataplah dengan penuh perhitungan. Karena hari ini adalah rangkaian buat hari esok. Hari kemarin telah menghilang, dan hari ini tak akan berulang. Pilihlah mutu hari esok ketika ia bisa dipilih di hari ini.

Sumber : Buletin An-Nadwah Edisi 673

Akhlak Islam Cerminan Aqidah Islam

Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berakhlak yang agung” (Al qalam : 4). Adakahorang yang tidak menyukai perhiasan ? jawaban pertanyaan ini jelas, bahwa tidak ada seorangpunmelainkan ia menyukai perhiasan dan senang untuk tampil berhias di hadapan siapa saja. Karena itukita lihat banyak orang berlomba-lomba untuk memperbaiki penampilan dirinya. Ada yang lebihmementingkan perhiasan dhahir (luar) dengan penambahan aksesoris sepertipakaian yang bagus, make up yang mewah dan emas permata, sehingga mengundang decak kagum orang yang melihat. Adapula yang berupaya memperbaiki kualitas akhlak, memperbaiki dengan akhlak islami.

Yang disebut terakhir ini tentunya bukan decak kagum manusia yang dicari, namun karenakesadaran agamanya menghendaki demikian dengan disertai harapan mendapatkan pahala darisubhanahu wa ta’ala. Kalaupun penampilannya mengundang pujian orang, ia segeramengembalikannya kepada Allah karena kepunyaan-Nyalah segala pujian dan hanya Dialah yang berhak untuk dipuji.

ISLAM MENGUTAMAKAN AKHLAK

Mungkin banyak diantara kita kurang memperhatikan masalah akhlak. Di satu sisi kitamengutamakan tauhid yang memang merupakan perkara pokok/inti agama ini, berupaya menelaahdan mempelajarinya, namun disisi lain dalam masalah akhlak kurang diperhatikan. Sehingga tidakdapat disalahkan bila ada keluhan-keluhan yang terlontar dari kalangan awwam, seperti ucapan : “Wah udah ngerti agama kok kurang ajar sama orang tua.” Atau ucapan : “Dia sih agamanya bagustapi sama tetangga tidak pedulian.”, dan lain-lain.

Seharusnya ucapan-ucapan seperti ini ataupun yang semisal dengan ini menjadi cambuk bagi kitauntuk mengoreksi diri dan membenahi akhlak. Islam bukanlah agama yang mengabaikan akhlak, bahkan islam mementingkan akhlak. Yang perlu diingat bahwa tauhid sebagai sisi pokok/inti islammemang seharusnya kita utamakan, namun tidak berarti mengabaikan perkarapenyempurnaannya. Dan akhlak mempunyai hubungan yang erat. Tauhid merupakan realisasiakhlak seorang hamba terhadap Allah dan ini merupakan pokok inti akhlak seorang hamba. Seorangbertauhid dan baik akhlaknya berarti ia adalah sebaik-baik manusia. Semakin sempurna tauhidseseorang maka semakin baik akhlaknya, dan sebaliknya bila seorang muwahhid memiliki akhlakburuk berarti lemah tauhidnya.

RASUL DIUTUS UNTUK MENYEMPURNAKAN AKHLAK

Muhammad shalallahualaihi wa salam, rasul kita yang mulia mendapat pujian Allah. Karena ketinggian akhlak beliau sebagaimana firmanNya dalam surat Al Qalam ayat 4. bahkan beliaushalallahualaihi wa sallam sendiri menegaskan bahwa kedatangannya adalah untukmenyempurnakan akhlak yang ada pada diri manusia, “Hanyalah aku diutus (oleh Allah) untukmenyempurnakan akhlak.” (HR.Ahmad, lihat Ash Shahihah oleh Asy Syaikh al Bani no.45 dan beliaumenshahihkannya).

Anas bin Malik radhiallahuanhu seorang sahabat yang mulia menyatakan : “Rasulullah shalallahualaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik budi pekertinya.” (HR.Bukhari dan Muslim). Dalam hadits lain anas memuji beliau shalallahualahi wasallam : “Belum pernah saya menyentuhsutra yang tebal atau tipis lebih halus dari tangan rasulullah shalallahualaihi wasallam. Saya jugabelum pernah mencium bau yang lebih wangi dari bau rasulullah shalallahualaihi wasallam. Selamasepuluh tahun saya melayani rasulullah shalallahualahi wa sallam, belum pernah saya dibentakatau ditegur perbuatan saya : mengapa engkau berbuat ini ? atau mengapa engkau tidakmengerjakan itu ?” (HR. Bukhari dan Muslim).

Akhlak merupakan tolak ukur kesempurnaan iman seorang hamba sebagaimana telah disabdakanoleh rasulullah shalallahualaihi wasallam : “Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialahterbaik akhlaknya.” (HR Tirmidzi, dari abu Hurairah radhiallahuanhu, diriwayatkan juga olehDisahihkan Al Bani dalam Ash Shahihah No.284 dan 751). Dalam riwayat Bukhari dandari Abdillah bin amr bin Al ‘Ash radhiallahuanhuma disebutkan : “Sesungguhnyasebaik-baik kalian ialah yang terbaik akhlaknya.”

KEUTAMAAN AKHLAK

Abu Hurairah radhiallahuanhu mengabarkan bahwa suatu saat rashulullah pernah ditanya tentangkriteria orang yang paling banyak masuk syurga. Beliau shalallahualaihi wasallam menjawab : “Taqwa kepada Allah dan Akhlak yang Baik.” (Hadits Shahih Riwayat Tirmidzi, juga diriwayatkanoleh Imam Ahmad. Lihat Riyadus Sholihin no.627, tahqiq Rabbah dan Daqqaq).

Tatkala Rasulullah shalallahualaihi wasallam menasehati sahabatnya, beliau shalallahualahiwasallam menggandengkan antara nasehat untuk bertaqwa dengan nasehat untukbergaul/berakhlak yang baik kepada manusia sebagaimana hadits dari abi dzar, ia berkata bahwarashulullah shalallahualaihi wasallam bersabda : “Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkauberada dan balaslah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya kebaikan itu akan menutupikejelekan dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (HR Tirmidzi, ia berkata: haditshasan, dan dishahihkan oleh syaikh Al Salim Al Hilali).

Dalam timbangan (mizan) amal pada hari kiamat tidak ada yang lebih berat dari pada aklak yang baik, sebagaimana sabda rasulullah shalallahualaihi wa sallam : “ Sesuatu yang paling berat dalammizan (timbangan seorang hamba) adalah akhlak yang baik.” (HR. Abu Daud dan Ahmad, dishahihkan Al Bani. Lihat ash Shahihah Juz 2 hal 535). Juga sabda beliau : “ Sesungguhnya sesuatuutama dalam mizan (timbangan) pada hari kiamat adalah akhlak yang baik.” (HR. Ahmad, dishahihkan al Bani. Lihat Ash Shahihah juz 2 hal.535).

Dari Jabir radhiallahuanhu berkata : Rashulullah shalallahualaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya orang yang paling saya kasihi dan yang paling dekat padaku majelisnya di harikiamat ialah yang terbaik budi pekertinya.” (HR. Tirmidzi dengan sanad hasan. Diriwayatkan jugaoleh Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban. Lihat Ash shahihah Juz 2 hal 418-419).

Dari hadits-hadits di atas dapat dipahami bahwa akhlak yang paling baik memiliki keutamaan yang tinggi. Karena itu sudah sepantasnya setiap muslimah mengambilakhlak yang baik sebagaiperhiasannya. Yang perlu diingat bahwa ukuran baik atau buruk suatu akhlak bukan ditimbangmenurut selera individu, bukan pula hitam putih akhlak itu menurut ukuran adat yang dibuatmanusia. Karena boleh jadi, yang dianggap baik oleh adat bernilai jelek menurut timbangan syari’at atau sebaliknya.

Jelas bagi kita bahwa semuanya berpatokan pada syari’at, dalam semua masalah termasuk akhlak. Allah sebagai Pembuat syari’at ini, Maha Tahu dengan keluasan ilmu-Nya apa yang mendatangkankemashlahatan/kebaikan bagi hamba-hamba-Nya. Wallahu Ta’ala a’lam.

Sumber: www.mediamuslim.info

Akhlak Islam Cerminan Aqidah Islam

Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berakhlak yang agung” (Al qalam : 4). Adakahorang yang tidak menyukai perhiasan ? jawaban pertanyaan ini jelas, bahwa tidak ada seorangpunmelainkan ia menyukai perhiasan dan senang untuk tampil berhias di hadapan siapa saja. Karena itukita lihat banyak orang berlomba-lomba untuk memperbaiki penampilan dirinya. Ada yang lebihmementingkan perhiasan dhahir (luar) dengan penambahan aksesoris sepertipakaian yang bagus, make up yang mewah dan emas permata, sehingga mengundang decak kagum orang yang melihat. Adapula yang berupaya memperbaiki kualitas akhlak, memperbaiki dengan akhlak islami.

Yang disebut terakhir ini tentunya bukan decak kagum manusia yang dicari, namun karenakesadaran agamanya menghendaki demikian dengan disertai harapan mendapatkan pahala darisubhanahu wa ta’ala. Kalaupun penampilannya mengundang pujian orang, ia segeramengembalikannya kepada Allah karena kepunyaan-Nyalah segala pujian dan hanya Dialah yang berhak untuk dipuji.

ISLAM MENGUTAMAKAN AKHLAK

Mungkin banyak diantara kita kurang memperhatikan masalah akhlak. Di satu sisi kitamengutamakan tauhid yang memang merupakan perkara pokok/inti agama ini, berupaya menelaahdan mempelajarinya, namun disisi lain dalam masalah akhlak kurang diperhatikan. Sehingga tidakdapat disalahkan bila ada keluhan-keluhan yang terlontar dari kalangan awwam, seperti ucapan : “Wah udah ngerti agama kok kurang ajar sama orang tua.” Atau ucapan : “Dia sih agamanya bagustapi sama tetangga tidak pedulian.”, dan lain-lain.

Seharusnya ucapan-ucapan seperti ini ataupun yang semisal dengan ini menjadi cambuk bagi kitauntuk mengoreksi diri dan membenahi akhlak. Islam bukanlah agama yang mengabaikan akhlak, bahkan islam mementingkan akhlak. Yang perlu diingat bahwa tauhid sebagai sisi pokok/inti islammemang seharusnya kita utamakan, namun tidak berarti mengabaikan perkarapenyempurnaannya. Dan akhlak mempunyai hubungan yang erat. Tauhid merupakan realisasiakhlak seorang hamba terhadap Allah dan ini merupakan pokok inti akhlak seorang hamba. Seorangbertauhid dan baik akhlaknya berarti ia adalah sebaik-baik manusia. Semakin sempurna tauhidseseorang maka semakin baik akhlaknya, dan sebaliknya bila seorang muwahhid memiliki akhlakburuk berarti lemah tauhidnya.

RASUL DIUTUS UNTUK MENYEMPURNAKAN AKHLAK

Muhammad shalallahualaihi wa salam, rasul kita yang mulia mendapat pujian Allah. Karena ketinggian akhlak beliau sebagaimana firmanNya dalam surat Al Qalam ayat 4. bahkan beliaushalallahualaihi wa sallam sendiri menegaskan bahwa kedatangannya adalah untukmenyempurnakan akhlak yang ada pada diri manusia, “Hanyalah aku diutus (oleh Allah) untukmenyempurnakan akhlak.” (HR.Ahmad, lihat Ash Shahihah oleh Asy Syaikh al Bani no.45 dan beliaumenshahihkannya).

Anas bin Malik radhiallahuanhu seorang sahabat yang mulia menyatakan : “Rasulullah shalallahualaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik budi pekertinya.” (HR.Bukhari dan Muslim). Dalam hadits lain anas memuji beliau shalallahualahi wasallam : “Belum pernah saya menyentuhsutra yang tebal atau tipis lebih halus dari tangan rasulullah shalallahualaihi wasallam. Saya jugabelum pernah mencium bau yang lebih wangi dari bau rasulullah shalallahualaihi wasallam. Selamasepuluh tahun saya melayani rasulullah shalallahualahi wa sallam, belum pernah saya dibentakatau ditegur perbuatan saya : mengapa engkau berbuat ini ? atau mengapa engkau tidakmengerjakan itu ?” (HR. Bukhari dan Muslim).

Akhlak merupakan tolak ukur kesempurnaan iman seorang hamba sebagaimana telah disabdakanoleh rasulullah shalallahualaihi wasallam : “Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialahterbaik akhlaknya.” (HR Tirmidzi, dari abu Hurairah radhiallahuanhu, diriwayatkan juga olehDisahihkan Al Bani dalam Ash Shahihah No.284 dan 751). Dalam riwayat Bukhari dandari Abdillah bin amr bin Al ‘Ash radhiallahuanhuma disebutkan : “Sesungguhnyasebaik-baik kalian ialah yang terbaik akhlaknya.”

KEUTAMAAN AKHLAK

Abu Hurairah radhiallahuanhu mengabarkan bahwa suatu saat rashulullah pernah ditanya tentangkriteria orang yang paling banyak masuk syurga. Beliau shalallahualaihi wasallam menjawab : “Taqwa kepada Allah dan Akhlak yang Baik.” (Hadits Shahih Riwayat Tirmidzi, juga diriwayatkanoleh Imam Ahmad. Lihat Riyadus Sholihin no.627, tahqiq Rabbah dan Daqqaq).

Tatkala Rasulullah shalallahualaihi wasallam menasehati sahabatnya, beliau shalallahualahiwasallam menggandengkan antara nasehat untuk bertaqwa dengan nasehat untukbergaul/berakhlak yang baik kepada manusia sebagaimana hadits dari abi dzar, ia berkata bahwarashulullah shalallahualaihi wasallam bersabda : “Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkauberada dan balaslah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya kebaikan itu akan menutupikejelekan dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (HR Tirmidzi, ia berkata: haditshasan, dan dishahihkan oleh syaikh Al Salim Al Hilali).

Dalam timbangan (mizan) amal pada hari kiamat tidak ada yang lebih berat dari pada aklak yang baik, sebagaimana sabda rasulullah shalallahualaihi wa sallam : “ Sesuatu yang paling berat dalammizan (timbangan seorang hamba) adalah akhlak yang baik.” (HR. Abu Daud dan Ahmad, dishahihkan Al Bani. Lihat ash Shahihah Juz 2 hal 535). Juga sabda beliau : “ Sesungguhnya sesuatuutama dalam mizan (timbangan) pada hari kiamat adalah akhlak yang baik.” (HR. Ahmad, dishahihkan al Bani. Lihat Ash Shahihah juz 2 hal.535).

Dari Jabir radhiallahuanhu berkata : Rashulullah shalallahualaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya orang yang paling saya kasihi dan yang paling dekat padaku majelisnya di harikiamat ialah yang terbaik budi pekertinya.” (HR. Tirmidzi dengan sanad hasan. Diriwayatkan jugaoleh Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban. Lihat Ash shahihah Juz 2 hal 418-419).

Dari hadits-hadits di atas dapat dipahami bahwa akhlak yang paling baik memiliki keutamaan yang tinggi. Karena itu sudah sepantasnya setiap muslimah mengambilakhlak yang baik sebagaiperhiasannya. Yang perlu diingat bahwa ukuran baik atau buruk suatu akhlak bukan ditimbangmenurut selera individu, bukan pula hitam putih akhlak itu menurut ukuran adat yang dibuatmanusia. Karena boleh jadi, yang dianggap baik oleh adat bernilai jelek menurut timbangan syari’at atau sebaliknya.

Jelas bagi kita bahwa semuanya berpatokan pada syari’at, dalam semua masalah termasuk akhlak. Allah sebagai Pembuat syari’at ini, Maha Tahu dengan keluasan ilmu-Nya apa yang mendatangkankemashlahatan/kebaikan bagi hamba-hamba-Nya. Wallahu Ta’ala a’lam.

Sumber: www.mediamuslim.info